google.com, pub-3705077260329945, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Kamis, 11 Agustus 2011

ORANG DESA MAKIN TERJEPIT

Kehidupan sosial ekonomi dan nilai budaya yang berkembang saat ini membuat orang orang desa makin terjepit. Kehidupan orang-orang desa yang dikenal selama ini mengenal pola hidup sederhana kini cenderung berubah menjadi konsumtif,  Banjirnya produk-industri yang merebak saampai kedesa-desa membuat warga desa mau-tidak mau ingin memilikinya. Dorongan warga desa untuk dapat memenuhi berbagai kebutuhan skunder itu telah memicu warga desa untuk lebih intensif dalam mencari uang belanja. Hasil dari pertanian sawah,ladang jagung,dan produk pertanian lainnya yang dibudi-dayakan petani tradisional didesa tidak mencukupi untuk memenuhi hasrat berbelanja,akibatnya lahan-lahan sawah yang selama ini mereka kelola digadaikan ( DIGADEKAN ) kepada orang yang bermodal atau memiliki financial yang cukup yang notabene adalah kaum pedagang dan pengusaha. Lahan-lahan pertanian yang semula dimiliki dan digarap langsung oleh petani kini banyak berpindah tangan kepada kelompok pemodal yang justru bukan orang tani, persoalan menjadi bertambah runyam ketika kaum tani didesa hanya bisa menggarap lahan sawah yang sudah barang tentu hasil panenannya dibagi dengan pemegang gadai/ pemilik modal, Lebih sulit lagi ketika para petani tidak mampu menebus lahan sawah yang digadaikannya, Uang hasil gadaian digunakan untuk belanja seperti beli motor, beli hp, beli TV,dll. lengkaplah sudah meskipun nampak kaum tani memiliki motor,TV, kulkas,mesin cuci,dll pada kenyataanya kaum tani telah jatuh miskin.

                                                    Kenangan bersama Zulkifli Anwaer ( Bupati Lamel )
                                                                    periode th.2001-2006

 Itulah sebabnya kemiskinan ekonomi makin meluas dan merata dimana-mana terutama didesa-desa.Jangan heran bila warga desa yang sekilas dipandang mampu karna rumahnya bagus, tongkrongannya motor,mainnannya hp hiburannya tv color, tapi lihat kenyataannya untuk memenuhi kebutuhan makan dan kebutuhan anak sekolah drastis sangat memprihatinkan, mereka serba kekurangan.  Untuk tetap terus dapat memenuhi kebutuhan primer dan skunder bahkan kebutuhan barang mewah tidak kemana lagi selain pinjam uang,bahkan uang panas sekalipun karna pinjam ke SPP-PNPM sudah barang tentu kesulitan karna harus ada kelompok Usaha, Akhirnya kemana lagi Cari Uang kalo bukan gade lagi dan gade lagi. Habislah lahan pertanian tergadai dan kaum tani jatuh Miskin, Solusi jalan keluar lepas dari belenggu kemiskinan tak ada, sebab daya pikir warga desa untuk itu terbatas,bagi yang punya naluri usaha mereka nekad merantau ke kota,ke jakarta,manjadi buruh atau pekerja lainnya,bahkan ada yang rela istri-istrinya menjadi TKW pembantu rumah tangga keluar negeri. Caampur tangan Pemerintah perlu ada untuk mencari solusi kehidupan ekonomi warga desa saat ini. Pembinaan yang Intensif oleh Pemerintah desa/ Kepala desa dan Perangkat Pamong Desa sangat diperlukan untuk memberikan pengarahan kepada warga untuk berprilaku tidak konsumtif,menyesuaikan segala daya dan kemampuan, dan tidak gampang terpengaruh oleh gencarnya iklan-iklan produk yang menggoda. Selayaknya pula warga desa diberikan pelayanan dibidang pinancial, seperti pelatihan usaha ekonomi produktif, pengembangan modal usaha, dan bimbingan mental agar selalu maklum dan siap mengikuti perkembangan jaman dan tidak terhanyut arus global karenannya.
                                              kenangan bersama Bpk.SBY.Presiden RI
kemiskinan harus ditanggulangi dan kebodohan harus dikurangi kemapanan rakyat Miskin harus diperjuangkan. itu semua tanggung-jawab bersama seluruh warga untuk selalu berusaha meningkatkan sumber daya manusianya untuk dapat menyongsong masa depan,

Tidak ada komentar:

'; (function() { var dsq = document.createElement('script'); dsq.type = 'text/javascript'; dsq.async = true; dsq.src = '//' + disqus_shortname + '.disqus.com/embed.js'; (document.getElementsByTagName('head')[0] || document.getElementsByTagName('body')[0]).appendChild(dsq); })();